Spectre (2015)

Tidak bisa dipungkiri kalau Skyfall telah membawa agen rahasia 007 ke level yang baru, baik dalam kancah domestik maupun dalam kancah global.

Coba simak rata-rata pendapatan dari film-film James Bond sebelumnya, semenjak era Pierce Brosnan hingga era Daniel Craig (Quantum of Solace) film terbaru 007 selalu sukses menembus 100 Juta USD tetapi tak pernah bisa melewati batas angka 175 Juta USD. 200 Juta USD? Boro-boro. Begitu juga dengan pendapatan sang agen rahasia di kancah global, total mencapai angka 500 Juta USD sudah pasti tetapi mencapai 800 Juta USD? Sepertinya target yang mustahil.

Lantas datanglah Skyfall dan semuanya pun berubah.

Film yang memperingati 50 tahun James Bond tersebut meledak di pasaran. Di Amerika film tersebut menembus angka 300 Juta USD (!!!) sementara di kancah global membawa franchise James Bond menembus angka 1 Milyar USD. Sebuah prestasi yang luar biasa membuat sutradara Sam Mendes kembali diminta oleh Sony menangani Bond 24.

Tiga tahun berlalu dan film Spectre pun dirilis. Bagi penggemar fanatik James Bond kehadiran organisasi Spectre berarti kembalinya organisasi kejahatan nomer satu yang selalu menghantui petualangan sang agen. Film ini bahkan digadang-gadang akan menjadi penutup saga dari era Craig sebagai James Bond. Akankah hasilnya menjadi sesuatu yang memuaskan bagi para fans?

Setelah kematian dari M dalam Skyfall, James Bond tak lantas bisa bekerja sama dengan baik dengan MI6. Ia kerap bersitegang dengan bos barunya dan kerap lagi menghilang melakukan misi-misinya sendiri tanpa diotorisasi oleh sang atasan. Semua penyelidikan yang ia lakukan membuat ia menyadari bahwa semua lawan-lawannya selama ini semenjak film Casino Royale rupanya terkait di bawah satu nama: organisasi rahasia yang menguasai dunia bernama Spectre.

Sementara Bond mengejar Spectre, organisasi MI6 pun tengah menghadapi krisis karena dianggap sudah lawas dan tak lagi diperlukan. Dunia tengah bergerak menuju era di mana informasi akan dibagi secara bebas oleh sembilan negara-negara maju dunia. Apakah Bond bisa menangkap kepala dari Spectre dan membuktikan bahwa organisasinya masih relevan di dunia jaman sekarang? Ataukah Spectre sesungguhnya hanyalah angan-angan dari Bond semata?

Melihat deretan casting film ini tak salah kalau saya memasang harapan tinggi akan film Spectre. Daniel Craig sudah teruji kualitasnya sebagai salah satu James Bond terbaik. Mendampingi dirinya kali ini sebagai Bond girl adalah dua gadis dari spektrum usia yang berbeda: Monica Belluci dan Lea Seydoux, keduanya adalah artis yang teruji kapasitas aktingnya. Melirik deretan cast pendukungnya lebih luar biasa lagi. Tak tanggung-tanggung ada Ralph Fiennes, Dave Bautista, sampai Christoph Waltz! Nama Waltz sendiri sejujurnya adalah daya tarik bagiku menonton film ini.

Bagi penggemar film rasanya mustahil tak mengenal peran Waltz yang sangat memorable sebagai NAZI bengis Hans Landa di Inglourious Basterds. Memasangnya sebagai sosok antagonis di film ini sepertinya adalah pilihan yang sangat tepat, apalagi karena saya kecewa (saya tahu saya minoritas) akan peranan Javier Bardem sebagai villain di Skyfall.

Ah, tetapi betapa kecewanya saya ketika Sam Mendes lagi-lagi membuang-buang talenta sang aktor. Seperti halnya Bardem dalam Skyfall, Waltz yang sebenarnya adalah seorang aktor yang sangat bertalenta di film ini lagi-lagi dibuat tolol oleh naskah film yang begitu buruk dan kurang menggigit. Saya jadi ingat Skyfall yang terasa begitu antiklimaks di berbagai adegan dan sekali lagi itu terulang di Spectre. Harapan sebenarnya sempat membuncah melihat opening scene yang menampilkan adegan aksi dalam parade Day of the Dead Meksiko yang sangat meyakinkan.

Sayangnya adegan opening itu sekaligus menjadi adegan paling baik dalam Spectre. Everything went downhill from there. Mulai dari penjelajahan mengelilingi benua Eropa hingga klimaks yang membosankan dan terasa bodoh, Spectre tak pernah tampil seemosional Casino Royale maupun seseru Quantum of Solace, dua film James Bond dari Craig yang saya sukai. Pada akhirnya yang tersisa darinya hanyalah quote dari trailer yang paling saya sukai.

You’re like a kite dancing in a hurricane, Mr Bond.

Ah, seandainya saja saya tahu quote tersebut juga berlaku untuk film ini. Sebuah film yang bagai layangan diterpa angin tanpa tahu arah.

Score: C

Geek Gaek

Just a random writer writing on.

Related Posts

Star Wars Episode VII – The Force Awakens (2015)

Kalau ada momen yang bisa dibilang membuat para geek dianggap mainstream, jawabannya sebenarnya bukan pada adaptasi komik Marvel, trilogi Lord of the Rings, maupun pembaca novel-novel Harry Potter. Jauh sebelum komik…

Creed (2015)

Tahukah kalian tahun berapa film Rocky dirilis di layar lebar? Tahun 1976. Betul. Film Rocky akan genap berusia 40 tahun 2016 mendatang. Sangat sedikit franchise yang bisa relevan bertahan sebegitu lamanya. Cerita…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *