Tahukah kalian tahun berapa film Rocky dirilis di layar lebar?
Tahun 1976.
Betul. Film Rocky akan genap berusia 40 tahun 2016 mendatang. Sangat sedikit franchise yang bisa relevan bertahan sebegitu lamanya.
Cerita dari franchise Rocky ini sebenarnya seperti sang petinju itu sendiri. Berulang kali franchise ini sepertinya sudah akan berakhir tetapi layaknya sang petinju, ia menyerah untuk ambruk begitu saja.
Rocky V dirilis pada tahun 1990 dianggap sebagai titik terendah dalam franchise ini dan dianggap sudah sepantasnya selesai di sana. Vakum selama 16 tahun lamanya, Sylvester Stallone membuat satu comeback terakhir sebagai Rocky dalam Rocky Balboa, sebuah film yang disebut-sebut orang sebagai film terbaik dalam franchise ini semenjak film orisinilnya.
Toh kendati disukai film Rocky Balboa tidak tergolong laris-laris amat. Tidak rugi, tetapi tidak untung besar juga sehingga studio was-was untuk memberi lampu hijau meneruskan proyek ini. Toh, bukankah Rocky Balboa memang seperti proyek tebus dosa bagi Rocky V yang gagal? Sekarang dosa itu sudah ditebus dan sudah saatnya bagi franchise ini selesai, Sylvester Stallone pun tak bertambah muda dan sepertinya tertarik melakoni franchise-franchise lain seperti The Expendables bukan?
Hampir satu dekade berlalu sebelum penonton kembali lagi ke dunia Rocky, akan tetapi kali ini melalui sosok protagonis baru bernama Adonis Johnson.
Adonis adalah anak haram dari Apollo Creed, rival sekaligus sahabat dari Rocky. Para penonton Rocky tentunya tahu bahwa Apollo meninggal di atas ring di Rocky IV, terbunuh dalam duelnya melawan Ivan Drago. Itulah sebabnya Adonis kemudian tumbuh sebagai seorang tanpa ayah. Beruntung, janda dari Apollo mengangkat Adonis menjadi anak dan dia pun hidup berkecukupan sampai dewasa…
Tetapi bagi Adonis ada sebuah kelaparan dalam dirinya. Ia sukses dalam pekerjaannya dan kaya dalam kehidupannya tetapi Adonis tidak puas dengan hidupnya. Ia merasa ada yang kurang dan itu adalah karena hasratnya menjadi seorang petinju, seperti sang ayah. Setelah bertahun-tahun diam-diam bertinju di Meksiko, akhirnya Adonis nekat menggantungkan karirnya di kantor dan sepenuhnya menjadi petinju. Mengingat sejarah sang ayah dengan Rocky, ia pun datang ke Philadelphia untuk berlatih bersamanya.
Kendati pada awalnya Rocky – yang sudah uzur – menolak permintaan Adonis dan memintanya berlatih sendiri, ia akhirnya melihat dalam diri Adonis ada kelaparan dan mungkin juga refleksi akan dirinya sendiri dulu di masa muda. Rocky pun setuju melatihnya. Bagaimana hasil kolaborasi antara keduanya?
Creed adalah sebuah film tinju yang… spektakuler.
Tak peduli apakah kalian merupakan penggemar dari franchise Rocky atau bukan Ryan Coogler telah menggarap sebuah film yang sangat bagus di sini. Tema yang ada di film ini hampir seperti film ini di dunia nyata. Dalam film Adonis ingin menjadi seperti ayahnya, seorang petinju yang hebat, tetapi berhasil dengan caranya sendiri. Dan seperti itu juga film ini Creed tak ingin disamakan begitu saja dengan Rocky tetapi ia sanggup menghormati franchise itu.
Coogler jelas sangat tahu mitologi dalam dunia Rocky mulai dari film pertama hingga keenamnya. Kalau kalian juga paham dengannya maka akan ada begitu banyak easter egg yang diselipkan di film ini. Toh Coogler tak semata-mata menaruh easter egg maupun dialog-dialog tentang masa lalu sekedar untuk nilai nostalgia semata tetapi juga untuk memajukan cerita. Hubungan antara Adonis dan Rocky terutama menjadi highlight di film ini. Kita bisa merasakan hubungan respek antara keduanya yang kemudian tumbuh menjadi sesuatu yang lebih.
Salut sekali untuk performa dari Michael B. Jordan dan Sylvester Stallone di sini. Sementara Jordan sanggup membuai saya dengan aktingnya sebagai sosok yang tangguh dan kemampuannya membuat badannya sangat berotot (tidak kalah dengan Jake Gyllenhaal di Southpaw!), Sylvester Stallone sebagai Rocky adalah hati di film ini. Beberapa momen yang paling mengesankan di film ini berpusat kepadanya dan ada momen yang luar biasa mengharukan di penghujung film, terutama buat mereka yang telah mengikuti franchise ini selama 40 tahun lamanya. It’s an amazing baton pass antara dua generasi yang berbeda. Andaikata Sylvester Stallone dinominasikan sebagai Best Supporting Actor melalui film ini, saya rasa itu adalah nominasi yang sangat pantas ia dapatkan.
Segi teknis dalam film ini pun luar biasa. Coogler melalui sinematografinya dua kali membuat saya terkesan. Pertama adalah saat pertarungan antara Adonis melawan musuhnya kali pertama di mana ia disyuting dengan setting kamera yang sangat dinamis dan diedit sehingga terlihat nyaris tanpa putus. Yang kedua adalah bagian training montage Adonis yang digarap dengan sangat epik, diiringi Creed Theme, dan jelas sangat membangkitkan semangat… dan bicara soal musik dari film Creed, Bill Conti memang tidak kembali di film ini tetapi pengaruhnya masih bisa saya rasakan.
Jangan khawatir Ludwig Goransson adalah komposer luar biasa yang tak hanya menggarap musik baru di film ini (juga memadukannya dengan lagu yang dinyanyikan oleh Tessa Thompson) tetapi juga menghargai musik-musik lama dalam franchise Rocky. Perhatikan musik-musik Rocky Theme (Gonna Fly Now) yang akan muncul di saat-saat yang tak kalian duga.
Konklusinya sederhana: Creed adalah salah satu film terbaik yang saya tonton tahun ini. Menguras emosi saya sepenuhnya, ini tak hanya menjadi film yang personal bagiku tetapi juga film olahraga tinju yang saya rekomendasikan pada semua penggemar film berkualitas. Perfect!
Score: A