Dari antara banyak aksi akrobatik di sirkus mungkin aksi jalan di atas tali merupakan salah satu aksi yang paling berbahaya, aksi yang paling mengundang decak kagum penonton. Ada banyak alasan akan hal ini dan salah satu di antaranya mungkin terletak pada tingginya resiko melakukannya.
Keseimbangan dalam berjalan di atas sebuah tali jelas bukan hal yang mudah untuk dilakukan seorang manusia, diperlukan konsentrasi yang tinggi, latihan berulang kali, sampai tekad yang kuat untuk melakukan hal tersebut. Seakan-akan itu masih tak cukup menantang, Philippe Petit bukan sekedar seorang akrobat biasa. Ia ingin melakukan hal yang membuat namanya diingat oleh manusia-manusia di muka bumi. Oh ia memang ingin berjalan di atas tali, tetapi tali itu bukan sekedar direntangkan antara dua tonggak biasa di sirkus.
Ia ingin melakukannya di panggung paling spektakuler di seantero dunia, antara dua menara kembar WTC yang paling terkenal sejagat dan baru saja dibuka.
Melakukan hal yang sinting seperti itu (ilegal pula) tentu saja bukan hal yang mudah. Sekuriti pada hari-hari itu memang belum seketat jaman sekarang tetapi itu juga tidak berarti memasang peralatan serta menggantungkan tali antara kedua gedung merupakan hal yang mudah. Saat Philippe ingin melakukan atraksi ini ia tidak bisa melakukannnya seorang diri, ia melakukannya bersama dengan beberapa rekannya yang percaya bahwa Philippe bisa mencatat sejarah…
Film garapan Robert Zemeckis ini sebenarnya bukan film pertama yang mengangkat kegilaan Philippe Petit menyebrangi gedung WTC. Sebelumnya ada sebuah film dokumenter berjudul Man on Wire yang sudah pernah mengangkat topik yang sama, bahkan sempat dianugerahi Oscar sebagai film dokumenter terbaik. Toh sutradara Zemeckis tak berarti tidak bisa mencari sudut baru dalam film ini. Salah satu ketepatannya adalah memakai bintang muda Joseph Gordon-Levitt dalam film ini. Gordon-Levitt sering saya katakan merupakan salah satu bintang film muda terbaik generasi ini dan sekali lagi ia membuktikannya melalui film ini.
Tak hanya ia fasih bertingkah sebagai Philippe yang menyebalkan tetapi juga penuh tekad kuat memenuhi suatu hal, ia juga mampu berbicara dalam bahasa Perancis selain dalam bahasa Inggris (dengan aksen Perancis). Sebagai Philippe pun ia tampil begitu meyakinkan dalam mengejar mimpinya sehingga walaupun tingkah lakunya sepanjang film membuat penonton sebal akannya, kita juga akan dibuat salut dengan perjuangannya yang pantang menyerah dalam menggapai mimpinya.
Film ini sangat disarankan ditonton dalam format IMAX 3D karena memang nilai paling spektakuler dalam film ini terletak di sana. Semenarik apapun Robert Zemeckis membingkis awal hingga pertengahan film ini, tidak bisa dipungkiri bahwa atraksi yang sesungguhnya dimulai dalam 20 menit terakhir film di mana Philippe mulai menyebrangi kedua gedung WTC. Dalam seksi inilah paduan harmoni antara sinematografi dari Zemeckis yang secara tangkas dan kreatif mengambil gambar dari berbagai sudut (secara begitu breathtaking) bercampur sempurna dengan musik gubahan Alan Silvestri.
Sungguh sayang bahwa selain karakter Philippe sendiri kita tak diberi kesempatan terlalu banyak mengenal teman-temannya di sini. Satu-satunya karakter pendukung yang tak tersia-siakan penampilannya hanyalah Ben Kingsley, dalam film ini berperan sebagai sosok mentor Philippe. Pun tak cukup tersampaikan kepada penonton adalah alasan dari Philippe melakukan hal yang dinilai banyak orang sinting itu. Hanya sekedar ingin tercatat dalam sejarahkah? Mendapatkan pengakuan dari orang tuanya?
Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada, The Walk tetap sebuah film yang inspiratif bagi kalian-kalian yang tengah mengejar mimpi. Belajarlah dari Philippe dan pantanglah menyerah.
Score: B-