Game of Thrones – A Telltale Game (2014)

Ketika studio Telltale menyatakan bahwa proyek game mereka berikutnya adalah Game of Thrones (GoT) saya merasa senang sekaligus heran. Senang adalah reaksi yang wajar dikarenakan Telltale Games adalah salah satu developer yang game-gamenya tak pernah mengecewakan saya. Di lain sisi saya merasa heran (juga ragu) apakah Telltale bisa membuat game (GoT) yang bagus. Saya tahu kalau Telltale naik pamor dikarenakan mereka membuat sebuah game dari serial TV populer lain: The Walking Dead (TWD) tetapi mereka yang menonton dua serial tersebut akan tahu bahwa GoT dan TWD adalah dua serial yang sangat berbeda.

Serial TWD memiliki lingkup cerita yang lebih sempit karena berfokus pada grup survivor yang dipimpin oleh Rick Grimes. Dengan kata lain kanvas cerita bagi Telltale terbuka lebih lebar dan itulah yang mereka lakukan; mereka mengambil cerita dari kelompok survivor lain yang dipimpin oleh Lee Everett dan Clementine. Nah, pola pendekatan Telltale untuk GoT berbeda karena lingkup cerita dari serial GoT yang ekspansif meliputi seluruh dunia (atau paling tidak dua benua utama Westeros dan Essos). Nah, dalam game ini Telltale mengambil fokus pada keluarga Forrester, salah satu keluarga bawahan dari keluarga Stark dan menceritakan kisah mereka.

Keputusan ini adalah keputusan yang tepat untuk Telltale karena memberi mereka kebebasan untuk menggarap cerita sendiri sambil tetap menjadi kisah yang mengacu pada serial TVnya. Ringkasan cerita dari game ini sayangnya akan menjadi spoiler untuk serial TV sampai season ketiga dan keempatnya jadi bila kalian belum menonton serial TV GoT, silahkan lompati dua paragraf di bawah.

TTG_GoT_Logo

(SPOILER)

Game ini dibuka pada even Red Wedding yang menjadi penutup dari season 3. Even ini penting karena pembantaian keluarga Stark dan kemenangan keluarga Lannister berarti posisi keluarga Forrester yang mendukung pihak Stark turut terancam. Setelah ayah dan anak tertua dari keluarga Forrester mati sisa lima anak yang ada kini harus mencari jalan untuk mempertahankan keberadaan keluarga mereka.

Disebabkan anak-anak keluarga Forrester berada di posisi yang terpencar-pencar, Telltale mampu menjalin sebuah rangkaian cerita di banyak lokasi yang berbeda. Beberapa lokasi yang ada tentu adalah lokasi yang familiar bagi penggemar novel atau serial TVnya yaitu King’s Landing, The Wall, maupun Meereen. Di sisi lain game ini juga menghadirkan lokasi yang baru seperti Ironrath yang merupakan tempat kediaman keluarga Forrester. Dalam game GoT kamu diberi berbagai opsi untuk menyelamatkan posisi keluarga Forrester baik melalui intrik politik yang licik di King’s Landing maupun adu verbal dengan keluarga Whitehill yang adalah seteru abadi dari keluarga Forrester.

Seperti kata Cercei Lannister yang populer: Dalam Game of Thrones, kamu menang atau mati. Tidak ada jalan tengah.

(SPOILER END)

Saya salut kepada Telltale yang mampu merangkai cerita mengenai keluarga Forrester yang menarik walaupun hampir semuanya merupakan karakter orisinil. Bahkan dalam prosesnya Telltale menghadirkan mitologi mereka sendiri, memperkaya mitologi dunia GoT dengan keberadaan tempat-tempat unik di utara tembok (North Grove). Salut juga dengan kualitas pengisi suaranya yang merupakan perpaduan pas antara karakter-karakter orisinil serta karakter-karakter dari serial TV. Yang saya acungi jempol adalah keberanian dari Telltale untuk mengontrak semua aktor-aktor serial TV mengisi suara dalam game ini. Artinya karakter Tyrion Lannister diisi suaranya oleh Peter Dinklage, Cercei Lannister diisi oleh Lena Headey, dan begitu pula seterusnya.

wall

Kendati saya kagum dengan kesungguhan dari Telltale menggarap cerita orisinil saya tidak bisa tutup mata dengan kelemahan-kelemahan dari game ini. Kekhawatiran saya terbukti bahwa sekreatif apapun Telltale memelintir cerita di game ini ada tembok-tembok yang tak mungkin bisa mereka ‘dobrak’. Kemunculan karakter-karakter dari serial TV dan kebolehan kita berinteraksi dengan mereka awalnya adalah kejutan yang menyenangkan tetapi kemudian kita menyadari bahwa nasib mereka semuanya praktis tidak bisa kita utak-atik. Permasalahan sama sebenarnya ada juga di dalam The Wolf Among Us yang merupakan prekuel dari serial komik Fables tetapi di sini kelemahan GoT lebih kentara dan tak dapat ditutupi. Kenapa? Gamer yang tidak familiar dengan komik Fables bisa langsung memainkan The Wolf Among Us karena posisinya sebagai prekuel dan mereka tidak akan tahu karakter-karakter mana yang ada di komik dan mana yang tidak… tetapi tidak demikian dengan GoT disebabkan jalan ceritanya adalah implikasi dari apa yang telah terjadi di serialnya. Dengan kata lain mustahil orang bisa memainkan GoT dan mengerti ceritanya bila tak menonton serial / membaca novelnya terlebih dahulu.

Terlepas dari kelemahan yang ada saya tetap mengacungkan jempol kepada Telltale untuk keberanian mereka mengambil proyek besar semacam ini. Lebih salut lagi karena ini merupakan game pertama mereka yang berdurasi enam episode dan bukannya lima episode seperti biasanya. Apabila kalian memang penggemar dari serial GoT atau novelnya maka coba saja memainkan game ini, kendati bukan game Telltale yang terbaik, saya rasa kalian takkan kecewa olehnya.

83a698332b9c8af303b3d4a3e534a2494cf127f4

Score: B+

Geek Gaek

Just a random writer writing on.

Related Posts

Lord of Magna: Maiden Heaven (2014)

Seperti halnya sang pendahulu, Nintendo 3DS selaku game handheld adalah gudang dari game-game niche RPG yang tidak banyak dirilis di pasaran barat. Kita perlu bersyukur bahwa publisher XSEED Games masih…

Tearaway (2013)

Dosa terbesar Sony adalah menelantarkan PS Vita. Ketika handheld ini diumumkan kehadirannya untuk melawan Nintendo 3DS hampir setengah dekade yang lalu, dunia terhenyak. Jaman itu smartphone masih dalam usia dini,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *