Dikarenakan film animasi Disney, Peter Pan menjadi salah satu ikon dongeng yang paling terkenal sepanjang masa. Hampir setiap era memiliki versi Peter Pan mereka tersendiri. Saya masih ingat ketika muda dulu menonton film Hook karya Steven Spielberg. Dibintangi oleh Robin Williams dan Dustin Hoffman, film itu selalu menjadi versi Peter Pan favoritku (kendati tidak terlalu banyak disukai orang).
Walaupun setelah itu ada beberapa film Peter Pan lagi dirilis (termasuk biopik Finding Neverland yang dibintangi oleh Johnny Depp) baru film Pan dari sutradara Joe Wright ini berusaha membawa penonton kembali ke dunia Neverland yang penuh dengan fantasi. Pertanyaannya adalah apakah fantasi dari dunia Neverland masih cukup untuk memikat anak-anak pada masa sekarang?
Peter tidak pernah tahu siapakah orang tuanya. Semenjak kecil ia hidup di dalam panti asuhan yang seperti penjara. Itu tidak membunuh semangat berpetualang Peter. Pada suatu malam Peter dan anak-anak panti asuhan lain diculik oleh para bajak laut yang kemudian membawa mereka ke dunia bernama Neverland. Dunia ini dikuasai oleh kepala bajak laut Blackbeard dan semua takut akannya.
Anak-anak semua dimasukkan sebagai pekerja di tempat itu, termasuk Pan, untuk menambang serbuk peri. Dalam tambang itulah Pan kemudian bertemu sosok Hook yang suatu hari akan menjadi musuh besarnya. Tetapi di sini mereka masihlah sahabat baik yang bersatu guna melawan Blackbeard…
Pan garapan Joe Wright ini memang diposisikan sebagai prekuel dari kisah Peter Pan yang kita kenal biasanya. Mungkin dongeng Peter Pan itu sendiri sudah terlalu terkenal sehingga para sutradara yang hendak mengadaptasinya ke dalam layar lebar selalu mencari angle baru dalam bercerita. Ambil contoh film Hook yang adalah sekuel dari film Peter Pan biasanya sementara kali ini ada Pan yang merupakan prekuel dari film Peter Pan yang biasa.
Perubahan yang dilakukan oleh Joe Wright ini sayangnya tak lantas membuat film ini menjadi lebih baik. Selain cerita yang terasa terlalu biasa Pan juga menderita setpiece-setpiece aksi yang tidak fantastis. Adegan pertarungan pedang sampai pertarungan baku tembak yang digarap Joe Wright seperti kekurangan energi kinetik yang biasa ada dalam setiap karya-karyanya. Ini terasa mengecewakan walau tak mengherankan karena Wright memang bukan sutradara yang fasih dalam genre film blockbuster.
Di sisi lain Joe Wright mampu menginjeksikan gaya kreatifnya dalam film ini. Perlu diingat bahwa Pan dulu hadir dalam bentuk play (sandiwara) dan ada beberapa kali elemen itu berbicara di layar lebar melalui kepintaran adaptasi Wright. Tak hanya itu, bagi kalian yang mencintai film Peter Pan atau mitologinya akan menemukan bahwa Wright tetap menghadirkan kekhasan dunia Neverland dalam film ini, terlepas dari ‘kekurangajarannya’ mengganti gender dan ras dari karakter Tiger Lily.
Highlight film ini bagaimanapun juga tentu saja terletak pada hubungan karakter Pan dan Hook, bukannya pada karakter Blackbeard yang sebenarnya memegang nama paling besar (Hugh Jackman). Chemistry dari Levi Miller dan Garrett Hedlund langsung klik dan saya sangat suka kontrasnya keceriaan Miller dan sinisme Hedlund. Bila film ini memang digarap lanjutannya, saya akan menontonnya demi melihat banter antara keduanya (ditambah tentu saja dengan Tiger Lily yang ikut-ikutan jadi trio dalam film ini).
Secara keseluruhan Pan sebenarnya bukan film yang buruk. Sebagai film petualangan ia adalah paket film yang komplit dan megah, hanya saja jangan harapkan banyak orang akan mengingatknya beberapa tahun dari sekarang. This is an unremarkable trip to Neverland!
Score: C+