Ketika Marvel mengumumkan bahwa mereka akan membuat empat serial di Netflix yang berfokus pada pahlawan-pahlawan mereka pada tingkat jalan, saya sangat tertarik akan ide dan proposal itu. Sekilas cara Marvel membingkisnya sangat serupa dengan film Marvel di dunia layar lebar. Empat superhero mereka: Daredevil, Jessica Jones, Luke Cage, dan Iron Fist akan memiliki serial mereka sendiri-sendiri sebelum keempatnya kemudian bergabung dalam serial bernama The Defenders. Ini bisa menjadi The Avengers untuk layar kaca, bukankah begitu?
Akan tetapi ketika serial pertama mereka, Daredevil, dirilis, jelas bahwa Marvel memiliki strategi berbeda. Tone cerita dalam serial tersebut sangat dark, jauh lebih dark dibandingkan film-film Marvel yang biasanya dirilis selama ini. Cukup mengejutkan karena film-film Marvel yang sukses seperti Guardians of the Galaxy atau trilogi Iron Man biasa mengambil pendekatan yang lebih ringan dan fun dalam penyampaian ceritanya. Kesuksesan luar biasa dari Daredevil tak lantas membuat semua orang percaya akan kualitas dari serial TV Marvel. Tidak mengherankan kalau Daredevil sukses sebab bukankah dari keempat superhero yang dijadikan serial memang dia yang paling populer. Kalau dianalogikan dalam dunia layar lebar; Daredevil adalah Iron Man dari keempatnya.
Tantangan besar bagi Marvel datang dalam bentuk Jessica Jones. Kendati selama ini genre superhero booming tetapi coba simak baik-baik, adakah film superhero yang digawangi oleh wanita yang sukses? Film-film seperti Supergirl, Elektra dan Catwoman membuktikan bahwa film superhero boleh jadi diterima massa tetapi mengangkat mereka dalam film satuan masih menjadi tantangan. Bahkan karakter Black Widow milik Marvel yang sudah sangat populer pun hingga hari ini belum diberi lampu hijau untuk proyek solo-nya. Lantas kenapa Marvel berani memberi sosok Jessica Jones yang tidak banyak dikenal oleh orang di luar penggemar berat komik?
Jessica Jones adalah seorang Private Investigator yang melakukan pekerjaannya secara slengean. Dia alkoholik dan suka bersumpah serapah, tetapi ia melakukan pekerjaannya dengan baik. Itu yang membuat dia tetap eksis terlepas dari etika kerjanya yang kurang baik. Toh, terlepas dari eksterior dirinya yang keras, Jessica sebenarnya sangat peduli dengan kliennya dan dengan orang-orang terkasih yang di sekelilingnya seperti tetangganya yang suka ngobat Malcolm dan saudari angkatnya Trish.
Dalam menghadapi kasus terakhirnya, Jessica menghadapi musuh dari masa lalunya: seorang psikopat bernama Kilgrave. Kilgrave adalah musuh yang mengerikan bagi Jessica (yang memiliki kemampuan kekuatan fisik di atas manusia biasa) karena ia sanggup mengendalikan orang hanya melalui kata-katanya. Akan tetapi bukankah dunia Marvel juga memiliki musuh yang bisa melakukan mind control seperti Loki (melalui Mind Gem) dan, on a further extend, Scarlet Witch? Apa yang menjadikan Kilgrave jauh lebih menakutkan ketimbang keduanya? Fakta di mana ia begitu egois dan tak peduli dengan siapapun. Kengerian terbesar Kilgrave adalah emosinya yang begitu tidak stabil dan ketidakpeduliannya terhadap kemanusiaan. Ada sebuah adegan di mana Kilgrave merasakan kebingungan bagaimana orang bisa hidup tanpa mengikuti perintah orang lain – itu merupakan bukti dari betapa psikopatnya pandangan Kilgrave terhadap dunia. Tentu saja itu semua sangat terbantu dengan penampilan David Tennant yang sangat baik memberikan lapisan demi lapisan dalam penampilan Kilgrave sehingga ia tak seperti seorang psikopat biasa semata.
Di sisi lain hanya berbicara mengenai Kilgrave sebagai bintang utama dalam serial ini pun tak tepat. Ketika Marvel mengcasting Krysten Ritter sebagai Jessica Jones saya sebenarnya kurang cocok dengannya. Bukan apa-apa, secara fisik Ritter sangatlah berbeda dengan Jessica Jones versi komik. Saya pun tak seberapa kenal dengan serial maupun film lain yang ia bintangi. Baru setelah menonton Jessica Jones saya menyadari Ritter adalah bintang yang pas untuknya. Ia sedikit banyak mengingatkanku dengan Kat Dennings (dari 2 Broke Girls dan juga bagian dunia Marvel di dwilogi Thor) versi kurus sekaligus lebih serius.
Dari banyak karakter pendukung di film ini saya merasa bahwa karakter pendukung terbaik jatuh pada Rachael Taylor sebagai sahabat Jessica: Trish Walker. Hubungan antara dua bersaudara ini begitu kompleks tetapi dekat dan hangat sehingga selalu menyenangkan untuk ditonton. Tidakkah cukup lucu bahwa dua serial superhero wanita (Supergirl dan Jessica Jones) saat ini memiliki hubungan sisterhood yang kuat antara dua wanita yang tak terikat hubungan darah? Bagi penggemar komik tentu mengenal Trish sebagai Hellcat, salah seorang vigilante lain dunia Marvel, entah apakah nantinya Trish akan bertransformasi menjadi sosok vigilante-nya itu, baik dalam season kedua Jessica Jones maupun dalam The Defenders nanti.
Dengan nuansa noir yang kuat dalam serial ini Jessica Jones sukses membedakan diri dengan Daredevil sebagai serial TV superhero Marvel lainnya. Salut untuk Marvel yang walaupun sama-sama mengambil pendekatan ‘dark’ tetapi sanggup memberikan nuansa dark yang berbeda untuk kedua serialnya. Menonton dua serial ini saya jadi merasa yakin bahwa Luke Cage (yang bintang utamanya, Mike Colter juga tampil apik sebagai karakter pendukung di sini) dan Iron Fist akan membawa dimensi yang berbeda pada dunia Marvel jalanan yang biasa tidak kita lihat di dunia filmnya.
Jadi pertanyaan terakhir yang perlu dijawab: apakah Jessica Jones merupakan serial yang bagus? Jawabannya adalah ya! Ya, ia bagus dan ya, kamu perlu menontonnya terlepas dari penggemar film / serial Marvel atau tidak.
Score: A-